Belajar menulis artikel blog ternyata tidaklah mudah bagi kebanyakan orang, meskipun untuk orang yang telah terbiasa akan merasa lebih mudah. Apalagi belajar menulis artikel gaya STIFIn, apa pula itu?
Baca Juga : Tahukah Anda, Apakah Itu Mesin Kecerdasan Sensing di STIFIn?
Contents
Karena Saya Feeling Bukan Thinking
Mengetahui diri sebagai orang feeling menurut hasil tes STIFIn, bukan hal yang langsung dengan serta merta aku terima, perlu waktu kurang lebih 6 bulanan untuk pada akhirnya mengakui …. baiklah aku memang orang feeling.
Tampil cool, dingin, jaga jarak, kritis, analitis kayaknya jadi keseharianku. Ngga suka bergaul, ngga suka banyak ngomong, malas basa basi adalah tambahan sikapku yang lain. Makanya ketika hasil tes STIFIn mengatakan kalau mesin kecerdasankua ada Feeling …. aku Cuma merasa masa sih? Kayaknya ngga gue banget deh …..hahahaha ….
Menurut STIFIn, ciri-ciri orang feeling itu hangat, ramah, bersahabat dan suka berteman …..tuh kan … ngga aku banget sampai suatu ketika aku juga pernah bilang sama suami kalau aku itu ngga punya teman karib yang sampai segala hal di curhatin. Teman dekat ada beberapa tidak banyak, tapi yang sampai sesi curhat-curhatan kayaknya ngga deh.
Kenapa saya lebih banyak merasa thinking?
Kebetulan ayah seorang Sensing bergolongan darah A yang mendidik dengan gaya sensing dan thinking. Prestasi di sekolah adalah parameter keberhasilan. Nilai-nilai tinggi di raport adalah tanda kebanggaan. Dan nothing adalah tidak ada dalam kamus didikan ayah.
SD hingga SMP tidak terlalu masalah di jalani …. parameter-parameter berhasil ada semua. Nilai raport tinggi, nilai NEM tinggi, masuk sekolah favorit bukan hal yang sulit.
Baca Juga : Kecerdasan Emosional
Namun ternyata masalah mulai muncul ketika jaman SMA. Teman-teman SMA akan liat aku sebagai anak yang kucel, dekil, cuek, tomboy, diam, nyinyir, nyantheng, songong, dan lain-lainnya. Sebuah cerminan keadaan galau khas anak muda karena melihat orang tua tidak harmonis.
Boro-boro mikir prestasi, bisa lulus SMA aja syukur wkwkwkwk….untuk standar kelulusan SMA dulu jaman ku sekolah tidak seketat sekarang. Kalau iya, sudah pasti dinyatakan tidak lulus karena ada nilai mata pelajaran utama 2. Untung yang dihitung adalah nilai rata-rata bukan hanya nilai pas ujian.
Gimana mau dapat nilai bagus, hla wong buka buku dan belajar itu rasanya kosong, ngga ada yang masuk. Cuma bengong lama-lama tidur. Sama sekali ngga ngerti ini buku lagi cerita apaan siy? Ini sebenarnya njelasin apa siy? Hahaha ngga ngeh sama sekali.
Suka gumun liat teman-teman SMA yang nilainya bisa jos-jos banget. Ulangan nilai 9-10 sementara aku hahahaha….dapat 5 aja udah alhamdulillah pake banget…itu juga hasil belas kasihan guru kayaknya. Atau dapat contekan dari tetangga sebelah.
Suasana galau itu ternyata baru terjawab saat ini. Bahwa sebagai orang Feeling yang tidak boleh kacau adalah “Feel” nya. Adanya persoalan di keluarga yang mengacaukan feel akan merusak bahkan menghilangkan kecerdasan orang Feeling (baru tahu sekarang). Karena yang dibutuhkan oleh orang Feeling adalah suasana hati yang penuh kekeluargaan, cinta, kegembiraan dan keharmonisan.
Prestasi-prestasi tinggi jaman SD dan SMP didapatkan karena situasi itu dan langsung merosot ada saat suasana hati atau Feel kacau balau.
Owh begitu tho ….baiklah jadi lebih paham diri sendiri.
Menulis untuk orang Feeling sebenarnya adalah sarana untuk menyalurkan emosi atau feel yang ada di dalam hatinya. Makanya ada beberapa orang yang mengatakan baru bisa menulis ketika sedang gundah gulana …. hahahaha. (Kasihan donks kalau gitu, baru bisa nulis ketika menderita wkwkwkwk). Padahal sebenarnya tidak begitu.
Orang Feeling juga bisa menulis ketika sedang tidak galau. Selama dirinya sedang merasakan sesuatu itu bisa menjadi bahan tulisan. Dan apapun bisa dirasakan oleh orang Feeling.
Senang, sedih, haru, bahagia, bangga, terinspirasi, bisa juga menjadi bahan untuk membuat tulisan.
Kalau aku pribadi justru akan menulis ketika sedang terinspirasi atau gembira atau takjub. Masa-masa galau, susah, baper, biasanya tidak ditulis … kenapa? Karena menurutku menulis sama dengan mengabadikan rasa dan menularkan rasa. Akan lebih menggembirakan ketika yang di sharing adalah rasa yang menggembirakan. Agar orang lain bisa turut gembira dan senang. Perasaan gembira itu juga akan muncul lagi ketika suatu ketika membaca ulang tulisan itu.
Paling senang juga menulis ketika sedang takjub dengan sesuatu. Seperti ada perasaan wow … luar biasa yang kemudian memunculkan rasa keindahan yang tentu itu adalah ciptaan Sang Pencipta.
Suka juga menulis ketika sedang mendapatkan inspirasi dari orang lain dari suatu kejadian. Karena inspirasi itu seperti sesuatu yang lembut dan masuk langsung ke hati …. rasanya lembut, indah dan mendamaikan.
Ya mesti juga tidak memungkiri kejadian yang menginspirasi juga terkadang berasal dari semangat juang orang lain yang ada sisi penderitaan disitu …. namun yang aku tangkap adalah ruang ketegaran dan keteguhan hatinya. Dan itu menyentuh hati.
Baca Juga : Mengenal Lebih Jauh Tentang STIFIn
Ada begitu banyak hal yang bisa menjadi sumber tulisan untuk orang feeling, namun yang paling utama adalah, menulis ini menjadi media untuk menyalurkan rasa yang dia rasakan. Ini akan membuat tulisan orang feeling menjadi terasa mengalir, menyentuh dan dalam.
Kemarin-kemarin, saat belum menyadari kekuatan feeling untuk menulis, seringkali menggunakan gaya Thinking yang penuh logika-rasionalitas- dan sebab akibat…..rasanya selesai membuat satu artikel seperti ingin tidur lama dan enggan melakukan hal-hal lain. Energi seperti tersedot sangat banyak….dan itu tidak sehat kalau dilakukan terus menerus.
Kekuatan feeling ada di Feelnya.